Sejarah Terbentuk Bumi
Bismillah, masih dalam artikel geografi, kali ini kita akan membahas
tentang Proses Terjadinya Bumi, apa dan bagaimana Proses Terjadinya Bumi
itu. Semoga apa yang pengarang buku ini tulis dapat bermanfaat untuk
kita semua. Apabila Artikel ini bukan jawaban yang teman-teman cari,
silahkan gunakan fasilitas pencarian diatas untuk menemukan artikel yang
tepat. Selamat membaca Proses Terjadinya Bumi.
|
Bumi diantara planet-planet lain dalam Tata Surya
(Sumber: www.answering-christianity.com/earth.htm) |
|
|
|
Kita semua bertempat tinggal di permukaan bumi yang kita
rasakan sangat luas. Bayangkan saja, jari-jari yang dimiliki bumi
mencapai 6.370 km. Panjang keliling Khatulistiwa yang melewati negara
kita sekitar 40.000 km. Jadi kalau dibandingkan sama dengan 40 kali
panjang Pulau Jawa.
Akan tetapi, pernahkah kamu merenungkan tentang bagaimana bumi tempat
kita berpijak ini terbentuk? Apakah bumi suatu benda yang bulat dan
kaku? Bagaimana sejarah pembentukan dan perkembangan muka bumi? Seperti
apakah karakteristik lapisan bumi? Semua pertanyaan tersebut tentunya
akan kita bahas dalam subab ini, sehingga kamu mengetahui dan lebih
memahaminya.
Proses terbentuknya planet bumi tidak dapat dipisahkan dengan sejarah
terbentuknya tata surya. Hal ini dikarenakan bumi merupakan salah satu
anggota keluarga matahari, di samping planet-planet lain, komet,
asteroid, dan meteor. Bahkan para ilmuwan memperkirakan bahwa matahari
terbentuk terlebih dahulu, sedangkan planet-planet masih dalam wujud
awan debu dan gas kosmis yang disebut nebula berputar mengelilingi
matahari. Awan, debu, dan gas kosmis tersebut terus berputar dan
akhirnya saling bersatu karena pengaruh gravitasi, kemudian mengelompok
membentuk bulatan-bulatan bola besar yang disebut planet, termasuk
planet bumi.
Dari proses tersebut, kita memperoleh gambaran bahwa sistem tata surya
berasal dari massa gas (kabut gas atau nebula) yang bercahaya dan
berputar perlahan-lahan. Massa gas tersebut secara berangsur-angsur
mendingin, mengecil, dan mendekati bentuk bola. Karena massa gas itu
berotasi dengan kecepatan yang makin lama semakin tinggi, pada bagian
khatulistiwa (ekuatornya) yang mendapat gaya sentrifugal paling besar,
sehingga massa tersebut menggelembung. Akhirnya dari bagian yang
menggelembung tersebut ada bagian yang terlepas (terlempar) dan
membentuk bola-bola pijar dengan ukuran berbeda satu sama lain.
Massa gas induk tersebut akhirnya menjadi matahari, sedangkan bola-bola
kecil yang terlepas dari massa induknya mendingin menjadi planet,
termasuk bumi kita. Pada saat terlepas dari massa induknya,
planet-planet anggota tata surya masih merupakan bola pijar dengan suhu
sangat tinggi. Karena planet berotasi, maka ada bagian tubuhnya yang
terlepas dan berotasi sambil beredar mengelilingi planet tersebut. Benda
tersebut selanjutnya dinamakan bulan (satelit alam).
Menurut hasil penelitian para ahli astronomi dan geologi, bumi kita
sendiri terbentuk atau terlepas dari tubuh matahari sekitar 4500 juta
tahun yang lalu. Perkiraan terbentuknya bumi ini didasarkan atas
penelaahan palentologi (ilmu yang mempelajari fosil-fosil sisa mahluk
hidup purba pada masa lampau) dan stratigrafi (ilmu yang mempelajari
struktur lapisan-lapisan batuan pembentuk muka bumi).
Pada saat terlahir (sekitar 4500 juta tahun yang lalu) bumi kita pada
awalnya masih merupakan bola pijar yang sangat panas, suhu permukaannya
mencapai 4.0000 C. Dalam jangka waktu jutaan tahun, secara
berangsur-angsur bumi kita mendingin. Akibat proses pendinginan, bagian
luar bumi membeku membentuk lapisan kerak bumi atau kulit bumi yang
disebut litosfer, sedangkan bagian dalam planet bumi sampai sekarang
masih dalam keadaan panas dan berpijar.
Selain pembekuan kerak bumi, pendinginan massa bumi ini mengakibatkan
terjadinya proses penguapan gas secara besar-besaran ke angkasa. Proses
penguapan ini terjadi dalam waktu jutaan tahun, sehingga terjadi
akumulasi uap dan gas yang sangat banyak. Pada saat inilah mulai
terbentuk atmosfer bumi.
Uap air yang terkumpul di atmosfer dalam waktu jutaan tahun tersebut,
pada akhirnya dijatuhkan kembali sebagai hujan untuk pertama kalinya di
bumi, dengan intensitas tinggi dan dalam waktu yang sangat lama.
Titik-titik air hujan yang jatuh selanjutnya mengisi cekungan-cekungan
muka bumi membentuk bentang perairan laut dan samudera.
Sebagaimana dikemukakan di atas, bahwa pada awal pembentukannya, seluruh
bagian planet bumi relatif dingin. Kemudian pada proses selanjutnya,
suhu bumi semakin meningkat hingga mencapai suhu seperti saat ini.
Berdasarkan penelitian para ilmuwan, dijelaskan adanya tiga faktor yang
menyebabkan naiknya suhu bumi tersebut, yaitu sebagai berikut:
1.
Akresi
(accretion) yaitu naiknya suhu bumi akibat tumbukan benda-benda angkasa
atau meteor yang menghujani bumi. Energi dari benda-benda tersebut
berubah menjadi panas. Bayangkan saja, 5 ton berat benda angkasa,
kemudian menghantam bumi dengan kecepatan 30 km per detik, diperkirakan
memberikan energi yang sama dengan ledakan nuklir sebesar 1000 ton.
Daerah sekitar tumbukan tersebut meninggalkan lubang-lubang yang sangat
besar (kawah) di permukaan bumi. Pada saat bersamaan, bulan juga
ditabrak oleh benda angkasa tersebut. Karena itu, apabila kamu melihat
bulan dengan menggunakan teropong maka kamu bisa menyaksikan kawah yang
terbentuk pada masa lampau.
2.
Kompresi
yaitu semakin memadatnya bumi karena adanya gaya gravitasi. Bagian
dalam bumi menerima tekanan yang lebih besar dibandingkan bagian
luarnya, sehingga pada bagian dalam bumi suhunya lebih panas. Tingginya
suhu di bagian dalam bumi (inti bumi) mengakibatkan unsur besi pada bumi
menjadi cair, sehingga inti bumi merupakan cairan.
3 . Adanya disintegrasi atau penguraian unsur-unsur radioaktif seperti
uranium, thorium, dan potasium. Jumlah unsur-unsur tersebut sebenarnya
relatif kecil tetapi dapat meningkatkan suhu bumi. Atom-atom dari
unsur-unsur tersebut secara spontan terurai dan mengeluarkan
partikel-partikel atom yang berubah menjadi unsur lain dan diserap oleh
batuan di sekitarnya.
Gambar 2.2 Proses meningkatnya suhu bumi
(Sumber: www.e-dukasi.net)
Itulah proses pembentukan bumi, tempat kita tinggal dan hidup di
dalamnya. Lalu bagaimana dengan proses terjadinya perlapisan di bumi?
Secara ringkas, proses pembentukan bumi hingga terjadinya perlapisan
tersebut terbagi menjadi tiga tahap, yaitu sebagai berikut:
1.
Tahap pada saat bumi merupakan planet yang homogen atau belum terjadi diferensiasi dan zonafikasi.
2.
Proses
diferensiasi atau pemilahan, yaitu ketika material besi yang lebih berat
tenggelam menuju pusat bumi, sedangkan material yang lebih ringan
bergerak ke permukaan. Dengan demikian, bumi tidak lagi dalam keadaan
homogen, melainkan terdiri atas material yang lebih berat (besi) di
pusat bumi dan material yang lebih ringan di bagian yang lebih luar atau
kerak bumi.
3.
Proses
zonafikasi, yaitu tahap ketika bumi terbagi menjadi beberapa zona atau
lapisan, yaitu inti besi yang padat, inti besi cair, mantel bagian
bawah, zona transisi, astenosfer yang cair, dan litosfer yang terdiri
atas kerak benua dan kerak samudera.
Dengan demikian, perubahan suhu yang dimulai dari bahan
pembentuk bumi hingga terbentuk bumi, kemudian mengalami pendinginan dan
terjadinya kenaikan suhu kembali, seperti yang dijelaskan di atas,
mengakibatkan bumi sebagai planet yang memiliki lapisan-lapisan. Proses
zonafikasi pada bumi telah membaginya ke dalam beberapa lapisan.
Gambar 2.3 Proses pembentukan lapisan bumi
(Sumber: Frank Press and Raymond Siever, 1986, Earth, halaman 13)
Sumber:sentra-edukasi.com